Monday, February 24, 2014

Liburan di Benteng Van Der Wijck, Gombong

Wisata di Benteng Van der Wijck, kota Gombong Jawa Tengah



Berpose dulu di depan tank ;p

Ceritanya kita sekeluarga liburan ke Gombong, reuni di rumah Mbah Buyut. Karena lagi lebaran hotel-hotel penuh semua, bingung deh muter-muter cari hotel. Ehh ga sengaja nemu hotel wisata, saat di pintu masuk koq kayak taman bermain? Lhaa hotelnya? Ehh sama satpam disuruh masuk saja, berarti bener hotelnya disitu. Katanya sih bekas mess atau asrama.
Kita nginap di kamar untuk keluarga, ada ranjang single bed dan double bed, jadi bisa diisi lima orang lah kira-kira. Kamar mandi dua, lumayan bersih dan yang penting air mengalir deras, hehehe...
Memang suasana hotelnya sederhana tapi cukup nyaman koq.

Nih foto kamarnya dari luar ;)

Besok pagi, kita memutuskan jalan-jalan bentar sebelum sarapan. Woooowww, ternyata di dalam lokasi hotel ini ada benteng dari zaman Belanda! Kami langsung tancap gas jalan ke sana, walau belum waktunya dibuka untuk pengunjung, kita bisa masuk (kan kita tamu hotel). Di sekitar benteng itu ada wahana hiburan untuk anak-anak. Jadi pengunjung bisa jalan-jalan lihat benteng kuno yang sudah dipugar plus bermain-main.
Pengunjung yang ada di situ juga sesama tamu hotel, masih sepi lho, jadi bisa foto sepuasnya hehehee...

Pintu gerbangnya cukup berat dan tebal, maklum, namanya juga pintu gerbang benteng. Begitu masuk ke dalam, kamu pasti akan merasakan suasana yang gimaannaaaa gituu.... Bukan maksud hati menakut-nakuti, tapi emang agak singup, terutama saat naik lewat tangga. Tangga ke atas berbentuk melingkar, tapi dinding di atasnya cukup rendah. Jadi mikir, emang orang bule dulu ga tinggi-tinggi amat yaa?? Hehehe...

Berdiri di tengah-tengah benteng. Siaaaap, graakk!!


Naah dari foto di atas itu, kita bisa melihat bagian tengah dari benteng, luas banget. Mungkin dulu biasa digunakan untuk apel pagi.
Benteng peninggalan zaman Belanda ini memiliki desain yang simetris, presisi, sama persis dilihat dari berbagai sisi. Entah kenapa orang-orang zaman dulu suka mendirikan bangunan yang simetris.

Di salah satu ruangan, kita bisa melihat berbagai macam foto tentang sejarah benteng. Ada foto hitam putih zaman Belanda, lalu juga ada foto beberapa pejabat yang mengunjungi benteng ini. Benteng ini termasuk milik Angkatan Darat, di belakang benteng ada markas TNI. Sempet kaget, saat muter sampai belakang ada suara-suara, ternyata ada tentara sedang latihan.

Kita sempat juga naik sampai ke atap. Naah ternyata di atap ada wahana kereta yang akan membawa pengunjung keliling atap benteng. Asyiik dueh, kita bisa lihat seluruh lokasi dari atas. Sayaang, cuma sekali muter, jadinya masih belum puas hahahaa.. Tapi ini termasuk wahana yang disukai pengunjung. Banyak juga yang antri naik kereta ini.
Ternyata nyaris seluruh atap benteng itu tertutup dan terbuat dari bata. Bagian atap ini juga tidak rata seperti terlihat dari bawah, tetapi nyaris seperti atap-atap rumah, bentuk segitiga. Kamu bisa jalan-jalan di atas atap plus sembunyi, mungkin ini diperlukan pada masa perang untuk mengintai musuh.

Makin siang makin ramai pengunjung, karena bertepatan dengan liburan. Ada juga sekelompok penari kuda lumping dan pemain musiknya berkeliling di sepanjang jalan masuk. Tampaknya ada juga panggung hiburan, mungkin sore baru mulai tapi kami sudah keburu check out jadi ga nonton.

Setelah puas jalan-jalan dan berfoto-foto, langsung dunk foto kita upload di grup chatting khusus keluarga, wooww yang lain pada ngiri. Setelah reuni mereka langsung pergi ke sana juga, hahaha... berhasil juga promosi :p

Singkat kata, kami sekeluarga senang banget nginap di situ. Karena kita ga sekedar cuma nginap semalam lalu pulang, tapi sempat jalan-jalan di salah satu bangunan bersejarah. Andai suatu saat ke Gombong lagi, pasti kami milih nginap di situ :))

Cuci mata di  desa Wetgalih dan Karang Anyar, Gombong

Untuk kita yang dari kota metropolitan, pasti senang sekali jalan-jalan di pedesaan. Menghirup udara segar yang minim polusi, cuci mata melihat pemandangan yang asri, wooowww... Sejenak lupa sudah segala masalah yang bikin kita stres, hehehe :p 
Terutama karena tiba-tiba kita semua terjangkit Selfie Syndrome, pegang smartphone masing-masing, berpose dengan seribu gaya berbeda sampai hp atau kamera protes, alias baterai drop. Ketika sebagian besar keluarga lagi kumpul di dalam, terutama para ortu, kita yang muda di luar asyik berfoto sampai hilang sudah rasa malu karena diliatin orang, hahahaaa... 
Jalan-jalan di tengah sawah, hati-hati jatuuh! ;p

Dari jalan raya menuju rumah Mbah Buyut, kita masuk ke gang diantara sawah, ga terlalu lebar tapi cukup untuk dilewati mobil. Agak deg-degan saat berpapasan dengan mobil lain apalagi kalau sejenis kijang, harus hati-hati, kan bodinya cukup gede. Di depan rumah masih ada sawah luas, kita semua jalan ke tengah sawah, tentu sambil berfoto, hehehe... 

Ada juga tempat yang bikin sepupuku penasaran untuk berfoto, di bawah jembatan yang dilalui kereta api, wkkwkwk! Cuma menunggu kereta lewat ini yang lama, jadi sebelum kereta lewat kita berpose di bawah jembatan. Pemandangannya bagus, asal kita bisa ambil angle yang tepat dan kamera mumpuni, hasilnya pasti keren. Yaah, foto-fotoku bisa dibilang cukup kerenlah untuk ukuran amatir ;).
 
Siap menunggu kereta lewat :) 

Naah kalau sudah di sini jangan lupa beli oleh-oleh khas Gombong. Seperti jenang, klanting, lalu jajan dari kelapa yang biasanya berwarna merah, kuning, hijau, dan rasanya manis, dan masih banyak lagi. Umumnya jajan khas di situ rasanya maaniiiiis banget, jadi bagi yang ga biasa mungkin ga terlalu suka. Oya, aku paling suka tempe mendoan khas Gombong, tipis, lebar, dan rasanya maak nyuuuss, enak pokoke. 

Oya sekedar tambahan cerita. Saat sarapan di hotel wisata Benteng Van der Wijck, kita disuguhi nasi gudeg lengkap dengan krecek alias rambak alias kulit sapi yang dimasak dengan bumbu khas mereka. Lumayan enak tetapi masih lebih enak gudeg yang di Jogja (menurutku, lhoo). Di jogja, keluargaku punya langganan gudeg yang maaak nyuuuus, di jalan Malioboro, di pos hansip depannya Spa (maaf, lupa namanya). Penjualnya sudah tua, Bu Lindu, biasanya ditemani kalau ga sama anaknya ya cucunya. Bu Lindu ini jualan mulai dari masa mudanya lhoo, jadi kalau sekarang dia udah sekitar 90 tahun, kebayang kan dia jualan udah berapa puluh tahun?? Tapi jangan kaget, dia melayani pesanan kita pakai tangan lhoo... asli pakai tangannya ga pakai sendok atau alat bantu lain (apa mungkin itu rahasia kelezatan gudegnya??? ;p). Yang heran dan hebat, pelanggnya banyak lhoo trus cuek aja melihat Bu Lindu ngambil ayam, telor atau gudegnya pakai tangan. Mungkin mereka sama kayak aku, cuma dibatin saja, hahaha... 







No comments:

Post a Comment